Dalam analisa fundamental suatu perusahaan, biasanya kita pakai beberapa rasio sebagai alat bantu analisa. Dalam sektor perbankan, ada rasio keuangan tambahan yang perlu kita ketahui. Apa saja itu?
6 Rasio keuangan perbankan
1. NPL
NPL (Non Performing Loan) itu menghitung berapa persen kredit bermasalah dari total kredit yang berlangsung.
Sebelumnya kita ketahui dulu kalau ada 5 kategori dalam kredit, yaitu:
No | Kategori kredit | Lama tunggakan |
1 | Lancar | 0 hari |
2 | Dalam perhatian | 1-90 hari |
3 | Kurang lancar | 91-120 hari |
4 | Diragukan | 121-180 hari |
5 | Macet | >180 hari |
Nah, ini lho yang menjadi dasar perhitungan NPL. NPL sendiri terbagi jadi 2 jenis, NPL Gross dan NPL Nett.
NPL Gross = (Jumlah kredit kategori 3+4+5) / Total kredit NPL Nett = Jumlah kredit kategori 5 / Total kredit
Standar yang berlaku :
NPL Gross < 5% NPL Nett < 2%
Semakin kecil NPL dalam suatu bank, maka akan semakin bagus. Karena kredit bermasalah dinilai kecil untuk menjaga profit yang didapat.
2. CAR
CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio kecukupan modal yang berguna untuk menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi bank.
CAR = Modal / ATMR x 100%
- Modal = Modal Inti (tier 1) + Modal pelengkap (tier 2)
- ATMR = Aset tertimbang menurut risiko (Risk Weighted Asset / AWR)
Kalau kesulitan menghitung manual, perusahaan akan selalu mencantumkannya dalam Laporan Tahunan mereka.
Standar yang berlaku :
CAR > 8% (standar BI), semakin tinggi semakin baik.
Kalau kamu mau menaikkan standar penilaianmu sendiri, juga boleh. Nyatanya, Bank Buku IV memiliki CAR kisaran 18%-23%.
3. NIM
NIM (Net Interest Margin) menghitung persentase pendapatan bunga dari kredit yang disalurkan oleh bank. Oleh sebab itu, semakin tinggi NIM akan semakin bagus bagi sebuah bank.
NIM = Pendapatan Bunga / Aktiva produktif x 100%
Standarnya :
NIM > 5%
NIM sendiri bisa mengindikasikan selisih bunga kredit yang disalurkan dengan bunga yang dibayar ke nasabah.
4. LDR
LDR (Loan to Deposit Ratio) menghitung berapa loan dibanding dengan deposit nasabah.
LDR = Total kredit yang disalurkan / Total dana pihak ketiga x 100%
Standar yang berlaku :
LDR > 80%
Tapi hati-hati, terlalu tinggi atau terlalu rendah juga tidak baik bagi bank tersebut.
LDR terlalu rendah jelas mengurangi potensi pendapatan karena kredit yang disalurkan masih bisa ditingkatkan.
Namun LDR yang terlalu tinggi juga tidak baik, karena berisiko pada likuiditas bank. Ga mungkin kan saat kredit sedang disalurkan, nasabah tidak bisa mengambil dana mereka.
Oleh sebab itu, sebaiknya masih ada spare bagi bank untuk mengelola dana pihak ketiga mereka semaksimal mungkin. Menghasilkan pendapatan tapi juga menjaga likuiditas perusahaan.
5. CASA
CASA (Current Account to Saving Account) mau menghitung berapa sih dana murah yang didapatkan perusahaan.
Sebelumnya, kita bagi dulu dana pihak ketiga suatu bank biasanya didapat dalam 3 jenis :
- Tabungan (saving account)
- Giro (current account)
- Deposito (deposit account)
Dari ketiga jenis di atas, tabungan dan giro disebut sebagai dana murah. Bank hanya perlu membayar sekitar 0%-1% ke nasabah. Sementara deposito agak lebih mahal karena bank perlu membayar sekitar 4%-6% sesuai suku bunga acuan dari BI.
CASA = (Jumlah Tabungan+Giro) / (Jumlah Tabungan+Giro+Deposito) x 100%
Standarnya :
CASA > 50%
Semakin tinggi CASA, semakin baik karena bank dapat mengumpulkan dana dari pihak ketiga tanpa membayar mahal.
Namun CASA yang terlalu tinggi menunjukkan komposisi rekening tabungan dan giro yang terlalu tinggi dibanding rekening deposito. Berpotensi risiko karena tabungan dan giro dapat ditarik nasabah sewaktu-waktu. Sementara deposito mengikat dana nasabah lebih lama sesuai tenor.
6. BOPO
BOPO (Beban Operasional Pendapatan Operasional) mengukur seberapa efisien suatu bang dalam menghasilkan pendapatan operasionalnya.
BOPO = beban operasional / pendapatan operasional x 100%
Kalau di rasio ini kita lihat yang lebih kecil akan semakin baik dan efisien. Standarnya adalah :
BOPO < 80%
Penutup
Jadi itu semua adalah rasio keuangan yang bisa dipakai dalam sektor perbankan. Kalau kesulitan hitung manual, kita bisa dapatkan rasio tersebut dalam Laporan Tahunan setiap emiten. Sudah direkap untuk beberapa tahun terakhir.

Baca juga :
- Cara filter saham bagus secara fundamental
- Hubungan EPS dan PER
- 10 Saham dengan dividen tinggi tahun 2020
Menurutmu post ini bermanfaat? Boleh bantu untuk share post ini. Terima kasih.